Jama’ secara lughat (bahasa) berarti mengumpulkan, sedangkan menurut istilah syara' adalah mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu, seperti mengumpulkan shalat Dzuhur dengan shalat Ashar untuk dikerjakan pada waktu salahsatunya, jika shalat dikerjakan pada waktu shalat yang awal (Dzuhur) dinamakan jama’ taqdim, dan jika dikerjakan pada waktu shalat yang kedua (Ashar) dinamakan jama’ ta'khir. Jama’ hanya diperbolehkan antara dua shalat Dzuhur dengan shalat Ashar (jama’ taqdim atau ta'khir) dan antara shalat Maghrib dengan shalat Isya’ (jama’ taqdim atau ta’khir). Tendensi diperbolehkannya shalat jama’ adalah hadits yang diriwayatkan imam Bukhori dan Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud :
قال إبن مسعود ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى صلاة لغير وقتها إلا بجمع فإنه جمع بين المغرب والعشاء (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, Ia berkata: "Saya tidak pernah melihat Rosululloh mengerjakan shalat tidak pada waktunya, kecuali Beliau shalat jama’, sesungguhnya Beliau menjama’ shalat Magrib dan Isya". (HR. Bukhori-Muslim)
قال إبن مسعود ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى صلاة لغير وقتها إلا بجمع فإنه جمع بين المغرب والعشاء (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, Ia berkata: "Saya tidak pernah melihat Rosululloh mengerjakan shalat tidak pada waktunya, kecuali Beliau shalat jama’, sesungguhnya Beliau menjama’ shalat Magrib dan Isya". (HR. Bukhori-Muslim)
Dan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Mu’ad bin Jabal:
إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا ارتحل قبل زيغ الشمس أخّر الظهر حتى يجمعها الى العصر فيصلّيهما جميعا وإذا ارتحل بعد زيغ الشمس صلّى الظهر والعصرجميعا ثم ساروا وإذا ارتحل قبل المغرب أخّر المغرب حتى يصلّيها مع العشاء وإذا ارتحل بعد المغرب عجّل العشاء فصلاها مع المغرب (رواه البخاري)
Artinya: "Sesungguhnya Nabi SAW ketika hendak melakukan perjalanan sebelum tergelincirnya matahari (dari tengah ufuq), Beliau mengakhirkan shalat Dzuhur, sehingga Beliau jama’ (mengumpulkan) shalat Dzuhur dan Ashar, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan setelah tergelincirnya matahari (dari tengah ufuq), maka Beliau mengumpulkan shalat Dzuhur dan Ashar kemudian pergi, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan sebelum masuknya waktu Maghrib, Beliau mengakhirkan shalat Maghrib sehingga Beliau jama’ (mengumpulkan) shalat Maghrib dan Isya, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan setelah masuknya waktu Maghrib, Beliau mengerjakan shalat Isya di waktunya shalat Maghrib. (HR. Bukhori)
Prinsip imam Hanafi berbeda dengan ulama lainnya, karena Beliau tidak memperbolehkan jama' shalat, dalil yang Beliau jadikan pijakan adalah hadits yang diriwayatkan imam Bukhori dan Muslim yang berbunyi :
قال إبن مسعود ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى صلاة لغير وقتها إلا بجمع فإنه جمع بين المغرب والعشاء (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, Ia berkata: "Saya tidak pernah melihat Rosululloh mengerjakan shalat tidak pada waktunya, kecuali Beliau shalat jama’, sesungguhnya Beliau menjama’ shalat Magrib dan Isya". (HR. Bukhori-Muslim)
Hasil akhir tela'ah imam Hanafi terhadap redaksi hadits diatas menyimpulkan bahwa Nabi tidak mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu, akan tetapi Beliau mengerjakan shalat pertama (Dzuhur, Maghrib) di akhir waktu, dan mengerjakan shalat kedua (Ashar, Isya) di awal waktu, yang oleh fuqoha diistilahkan dengan جمع فعلا لاوقتا , artinya Beliau mengumpulkan shalat dari segi pelaksanaannya, bukan waktunya.
Alasan imam Hanafi berpendapat seperti diatas karena hadits yang menerangkan shalat jama’ terlalu banyak dan saling ta'rudl (kontradiksi), oleh karena itu imam Hanafi memilih hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud sebagai pijakan, karena Beliau lebih pandainya sahabat, dan haditsnya lebih hati-hati.
Hal-Hal Yang Memperbolehakan Shalat Jama’
Versi Imam Maliki
Versi Imam Syafi'i
Versi Imam Hambali
Syarat sah shalat jama’ versi Madzahib Al Arba'ah
Syarat sah jama' versi imam Maliki
Syarat sah jama' versi imam Syafi'i
· Jama’ Taqdim
1. Tartib, yaitu mendahulukan shalat yang pertama (sohibul wakti);
2. Niat jama’ pada waktu antara takbirotul ihrom sampai salamnya shalat yang pertama;
3. Mualah, yaitu antara shalat pertama dan kedua tidak terpisah oleh waktu yang cukup untuk shalat dua roka'at;
4. Masih dalam bepergian sampai selesainya takbirotul ihrom shalat yang kedua.
· Jama’ Ta'khir
1. Niat jama’ ta'khir diwaktu shalat yang pertama;
2. Masih dalam bepergian sampai selesainya shalat yang kedua.
Contoh- contoh niat jama'
> Niat shalat jama’ taqdim:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تقديم أربع ركعات فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ taqdim, karena Allah.
> Niat shalat jama’ ta'khir:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تأخير أربع ركعات فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ ta'khir karena Allah SWT ".
> Niat qoshor shalat:
أصلّي فرض الظهر ركعتين قصرا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dua roka'at dengan diqosor karena Allah SWT".
> Niat shalat jama’ dan qoshor:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تقديم / تأخير قصرا ركعتين فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ taqdim / ta'khir dua roka'at dengan diqosor karena Allah SWT".
> Niat mengakhirkan shalat:
نويت تأخير الظهر الى العصرلأجمع بينهما لله تعالى
Artinya: "Saya niat mengakhirkan shalat Dzuhur pada waktunya shalat Ashar untuk saya kumpulkan keduanya, karena Allah SWT".
Shalat Jum’ah dengan shalat Asharnya hanya bisa dijama’ taqdim, karena waktu shalat Jum’at tidak bisa dipindah.
إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا ارتحل قبل زيغ الشمس أخّر الظهر حتى يجمعها الى العصر فيصلّيهما جميعا وإذا ارتحل بعد زيغ الشمس صلّى الظهر والعصرجميعا ثم ساروا وإذا ارتحل قبل المغرب أخّر المغرب حتى يصلّيها مع العشاء وإذا ارتحل بعد المغرب عجّل العشاء فصلاها مع المغرب (رواه البخاري)
Artinya: "Sesungguhnya Nabi SAW ketika hendak melakukan perjalanan sebelum tergelincirnya matahari (dari tengah ufuq), Beliau mengakhirkan shalat Dzuhur, sehingga Beliau jama’ (mengumpulkan) shalat Dzuhur dan Ashar, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan setelah tergelincirnya matahari (dari tengah ufuq), maka Beliau mengumpulkan shalat Dzuhur dan Ashar kemudian pergi, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan sebelum masuknya waktu Maghrib, Beliau mengakhirkan shalat Maghrib sehingga Beliau jama’ (mengumpulkan) shalat Maghrib dan Isya, dan ketika Beliau hendak melakukan perjalanan setelah masuknya waktu Maghrib, Beliau mengerjakan shalat Isya di waktunya shalat Maghrib. (HR. Bukhori)
Prinsip imam Hanafi berbeda dengan ulama lainnya, karena Beliau tidak memperbolehkan jama' shalat, dalil yang Beliau jadikan pijakan adalah hadits yang diriwayatkan imam Bukhori dan Muslim yang berbunyi :
قال إبن مسعود ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى صلاة لغير وقتها إلا بجمع فإنه جمع بين المغرب والعشاء (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, Ia berkata: "Saya tidak pernah melihat Rosululloh mengerjakan shalat tidak pada waktunya, kecuali Beliau shalat jama’, sesungguhnya Beliau menjama’ shalat Magrib dan Isya". (HR. Bukhori-Muslim)
Hasil akhir tela'ah imam Hanafi terhadap redaksi hadits diatas menyimpulkan bahwa Nabi tidak mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu, akan tetapi Beliau mengerjakan shalat pertama (Dzuhur, Maghrib) di akhir waktu, dan mengerjakan shalat kedua (Ashar, Isya) di awal waktu, yang oleh fuqoha diistilahkan dengan جمع فعلا لاوقتا , artinya Beliau mengumpulkan shalat dari segi pelaksanaannya, bukan waktunya.
Alasan imam Hanafi berpendapat seperti diatas karena hadits yang menerangkan shalat jama’ terlalu banyak dan saling ta'rudl (kontradiksi), oleh karena itu imam Hanafi memilih hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud sebagai pijakan, karena Beliau lebih pandainya sahabat, dan haditsnya lebih hati-hati.
Hal-Hal Yang Memperbolehakan Shalat Jama’
Versi Imam Maliki
- Bepergian yang tidak ada unsur maksiat, baik jarak jauh maupun dekat;
- Sakit, sekira merasa berat mengerjakan shalat pada setiap waktu;
- Hujan, apabila memenuhi persyaratan , yaitu jama' taqdim antara Maghrib dengan Isya dan mengerjakan shalat di masjid.
Versi Imam Syafi'i
- Bepergian jauh, kira-kira 81 Km (2 marhalah);
- Hujan, apabila memenuhi persyaratan , yaitu jama' taqdim antara Dzuhur dengan Ashar atau Maghrib dengan Isya, dilakukan dimasjid atau musholla, bejama’ah dan jarak antara tempat tinggalnya dan masjid atau musholla jauh (sekira merasa keberatan untuk pulang dan pergi menuju tempat jama’ah).
Versi Imam Hambali
- Bepergian jauh, kira-kira 81 Km (2 marhalah);
- Sakit;
- Hujan, apabila memenuhi persyaratan , yaitu jama' taqdim antara Maghrib dengan Isya dan dilakukan di masjid atau musholla, baik berjama'ah maupun munfaridl (shalat sendiri);
Syarat sah shalat jama’ versi Madzahib Al Arba'ah
Syarat sah jama' versi imam Maliki
- Mendahulukan sohibul wakti (shalat yang punya waktu), yaitu Dzuhur dan Maghrib bila jama' taqdim, atau Ashar dan Isya bila jama' ta'khir;
- Niat jama’ ketika takbirotul ihrom shalat yang pertama dan kedua;
- Mualah, yaitu antara shalat pertama dan kedua tidak terpisah oleh waktu yang cukup untuk adzan dan iqamah.
Syarat sah jama' versi imam Syafi'i
· Jama’ Taqdim
1. Tartib, yaitu mendahulukan shalat yang pertama (sohibul wakti);
2. Niat jama’ pada waktu antara takbirotul ihrom sampai salamnya shalat yang pertama;
3. Mualah, yaitu antara shalat pertama dan kedua tidak terpisah oleh waktu yang cukup untuk shalat dua roka'at;
4. Masih dalam bepergian sampai selesainya takbirotul ihrom shalat yang kedua.
· Jama’ Ta'khir
1. Niat jama’ ta'khir diwaktu shalat yang pertama;
2. Masih dalam bepergian sampai selesainya shalat yang kedua.
Contoh- contoh niat jama'
> Niat shalat jama’ taqdim:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تقديم أربع ركعات فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ taqdim, karena Allah.
> Niat shalat jama’ ta'khir:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تأخير أربع ركعات فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ ta'khir karena Allah SWT ".
> Niat qoshor shalat:
أصلّي فرض الظهر ركعتين قصرا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dua roka'at dengan diqosor karena Allah SWT".
> Niat shalat jama’ dan qoshor:
أصلّي فرض الظهر مجموعا بالعصر جمع تقديم / تأخير قصرا ركعتين فرضا لله تعالى
Artinya: "Saya niat shalat fardlu Dzuhur dan Ashar dengan jama’ taqdim / ta'khir dua roka'at dengan diqosor karena Allah SWT".
> Niat mengakhirkan shalat:
نويت تأخير الظهر الى العصرلأجمع بينهما لله تعالى
Artinya: "Saya niat mengakhirkan shalat Dzuhur pada waktunya shalat Ashar untuk saya kumpulkan keduanya, karena Allah SWT".
Shalat Jum’ah dengan shalat Asharnya hanya bisa dijama’ taqdim, karena waktu shalat Jum’at tidak bisa dipindah.