Pengertian masjid secara etimology (bahasa) adalah tempat sujud, sedangkan masjid secara terminology (syara') adalah suatu tempat yang diwakafkan menjadi masjid, baik berupa sebidang tanah atau lainnya. Ditinjau dari fungsinya, masjid dibagi menjadi dua, yaitu masjid yang digunakan jum'atan, yang sering diistilahkan dengan masjid jami', dan masjid yang tidak difungsikan untuk jum'atan.
Hukum tidur di dalam masjid
Versi imam Hanafi :Tidur di masjid hukumnya makruh, kecuali bagi orang yang i'tikaf atau orang yang sedang merantau (musafir).
Versi imam Maliki : Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh) ketika waktu kailulah (waktu istirahat, yaitu sekitar pukul 10.00 – 01.00 siang), untuk selain waktu tersebut hukumnya makruh, kecuali ada hajat, seperti rumahnya jauh dari masjid.
Versi imam Syafi'i :Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh), kapanpun waktunya, kecuali jika mengganggu orang lain, seperti tidurnya mendengkur.
Versi imam Hambali :Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh), kapanpun waktunya, kecuali jika posisi tidurnya di depan orang yang shalat, maka hukumnya makruh.
Hukum makan di dalam masjid
Versi imam Hanafi
~ Makruh tahrim : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap, seperti jengkol, petai, bawang merah, bawang putih atau lainnya.
~ Makruh tanzih : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap.
Versi imam Maliki
Imam Maliki tidak memperbolehkan makan di dalam masjid kecuali bagi orang yang merantau (tidak punya rumah), itupun hukumnya diperinci :
~ Haram : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap, atau berdampak mengotori masjid.
~ Jawaz (boleh) : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap, dan tidak berdampak mengotori masjid.
Versi imam Syafi'i
~ Haram : Apabila berdampak mengotori masjid, walaupun makanannya suci.
~ Makruh : Apabila mengakibatkan masjid kurang sedap dipandang mata.
Versi imam Hambali
~ Haram : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap.
~ Jawaz (boleh) : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap, namun jika mengotori masjid wajib dibersihkan.
Hukum bersuara keras di dalam masjid
Versi imam Hanafi :
Bacaan dzikir
~ Makruh : Apabila dengan mengeraskan bacaan dzikir, dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur.
~ Boleh (Afdlal) : Jika dapat memotifasi semangat orang yang sedang berdzikir dan supaya tidak kantuk.
Selain dzikir
~ Makruh tahrim : Apabila mengeraskan kata-kata yang dilarang syara'.
~ Makruh tanzih : Apabila mengeraskan kata-kata yang diperbolehkan agama, namun mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur.
Versi imam Maliki :
~ Hukum asal mengeraskan ucapan di dalam masjid makruh, namun hukum makruh akan hilang karena adanya beberapa alasan, seperti :
× Adanya hajat;
× Menjadi robith (penyambung hubungan ketika shalat jamaah) ;
× Membaca talbiyah di masjid Makkah.
~ Haram : Apabila dengan mengeraskan ucapan dapat mengganggu orang yang sedang shalat.
Versi imam Syafi'i :
Bacaan dzikir
~ Makruh : Apabila dengan mengeraskan bacaan dzikir, dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau mengganggu orang tidur yang tidak disunahkan untuk dibangunkan.
Selain dzikir
~ Haram : Apabila mengeraskan kata-kata yang dilarang syara'.
~ Jawaz (boleh) : Apabila dengan mengeraskan ucapan, tidak mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur, dengan syarat kata-katanya diperbolehkan agama.
Versi imam Hambali :
Hukum mengeraskan ucapan di dalam masjid adalah makruh secara mutlak (dzikir atau lainnya).
Hukum mengukir dan menghias masjid
Imam Hanafi : Mengukir dan menghias masjid hukumnya makruh, meskipun dengan emas atau perak, dengan syarat hartanya halal dan bukan harta waqafan. Tapi jika yang dibuat menghias masjid harta haram atau harta waqafan maka hukumnya haram.
Imam Maliki : Mengukir dan menghias masjid hukumnya makruh, meskipun menggunakan emas atau perak.
Imam Syafi'i dan imam Hambali : Mengukir dan menghias masjid dengan selain emas atau perak hukumnya makruh, dan jika menggunakan emas atau perak hukumnya haram.
Hukum meludah di dalam masjid
Imam Hanafi : Meludahi masjid (tembok, lantai, tikar dan bagian yang lain) hukumnya haram, dan wajib membersihakannya.
Imam Maliki : Meludah di masjid hukumnya makruh bila sedikit, dan haram bila banyak.
Imam Syafi'i : Meludah di masjid hukumnya haram, apabila ludahnya sampai tampak.
Imam Hambali : Meludah di masjid hukumnya haram apabila tidak dibersihkan.
Hukum minta sodakoh di dalam masjid
Imam Hanafi : Hukum meminta sodakoh di dalam masjid haram, dan makruh memberi sodakoh kepada peminta tersebut.
Imam Maliki : Hukum meminta sodakoh atau memberikan sodakoh pada pemintanya di dalam masjid haram. Namun jika melakukan sodakoh di dalam masjid tanpa adanya orang yang meminta hukumnya mubah (boleh).
Imam Syafi'i : Hukum meminta sodakoh di dalam masjid makruh, tapi jika sampai mengganggu orang lain hukumnya haram.
Imam Hambali : Hukum meminta sodakoh atau memberikan sodakoh pada pemintanya di dalam masjid makruh.
Hukum menulisi dinding masjid
Imam Hanafi : Hukum memasang tulisan Al Qur'an atau hadits di dinding masjid khilaf aula (kurang baik), karena dikhawatirkan tulisannya jatuh dan terinjak.
Imam Maliki : Hukum menulisi dinding masjid di arah kiblatnya adalah makruh, walaupun dengan ayat-ayat Al Qur'an, karena dapat mengganggu kekhusyu'an shalat, namun jika bukan di arah kiblat hukumnya mubah (boleh).
Imam Syafi'i : Hukum menulisi dinding atau atap masjid makruh.
Imam Hambali : Hukum menulisi dinding atau atap masjid dengan selain harta waqaf makruh, dan jika memakai harta waqaf hukumnya haram dan wajib menggantinya.
Versi imam Hanafi :Tidur di masjid hukumnya makruh, kecuali bagi orang yang i'tikaf atau orang yang sedang merantau (musafir).
Versi imam Maliki : Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh) ketika waktu kailulah (waktu istirahat, yaitu sekitar pukul 10.00 – 01.00 siang), untuk selain waktu tersebut hukumnya makruh, kecuali ada hajat, seperti rumahnya jauh dari masjid.
Versi imam Syafi'i :Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh), kapanpun waktunya, kecuali jika mengganggu orang lain, seperti tidurnya mendengkur.
Versi imam Hambali :Tidur di masjid hukumnya jawaz (boleh), kapanpun waktunya, kecuali jika posisi tidurnya di depan orang yang shalat, maka hukumnya makruh.
Hukum makan di dalam masjid
Versi imam Hanafi
~ Makruh tahrim : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap, seperti jengkol, petai, bawang merah, bawang putih atau lainnya.
~ Makruh tanzih : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap.
Versi imam Maliki
Imam Maliki tidak memperbolehkan makan di dalam masjid kecuali bagi orang yang merantau (tidak punya rumah), itupun hukumnya diperinci :
~ Haram : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap, atau berdampak mengotori masjid.
~ Jawaz (boleh) : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap, dan tidak berdampak mengotori masjid.
Versi imam Syafi'i
~ Haram : Apabila berdampak mengotori masjid, walaupun makanannya suci.
~ Makruh : Apabila mengakibatkan masjid kurang sedap dipandang mata.
Versi imam Hambali
~ Haram : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang mempunyai bau tak sedap.
~ Jawaz (boleh) : Apabila yang dimakan termasuk dari jenis makanan yang tidak mempunyai bau, atau beraroma sedap, namun jika mengotori masjid wajib dibersihkan.
Hukum bersuara keras di dalam masjid
Versi imam Hanafi :
Bacaan dzikir
~ Makruh : Apabila dengan mengeraskan bacaan dzikir, dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur.
~ Boleh (Afdlal) : Jika dapat memotifasi semangat orang yang sedang berdzikir dan supaya tidak kantuk.
Selain dzikir
~ Makruh tahrim : Apabila mengeraskan kata-kata yang dilarang syara'.
~ Makruh tanzih : Apabila mengeraskan kata-kata yang diperbolehkan agama, namun mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur.
Versi imam Maliki :
~ Hukum asal mengeraskan ucapan di dalam masjid makruh, namun hukum makruh akan hilang karena adanya beberapa alasan, seperti :
× Adanya hajat;
× Menjadi robith (penyambung hubungan ketika shalat jamaah) ;
× Membaca talbiyah di masjid Makkah.
~ Haram : Apabila dengan mengeraskan ucapan dapat mengganggu orang yang sedang shalat.
Versi imam Syafi'i :
Bacaan dzikir
~ Makruh : Apabila dengan mengeraskan bacaan dzikir, dapat mengganggu orang yang sedang shalat atau mengganggu orang tidur yang tidak disunahkan untuk dibangunkan.
Selain dzikir
~ Haram : Apabila mengeraskan kata-kata yang dilarang syara'.
~ Jawaz (boleh) : Apabila dengan mengeraskan ucapan, tidak mengganggu orang yang sedang shalat atau orang yang tidur, dengan syarat kata-katanya diperbolehkan agama.
Versi imam Hambali :
Hukum mengeraskan ucapan di dalam masjid adalah makruh secara mutlak (dzikir atau lainnya).
Hukum mengukir dan menghias masjid
Imam Hanafi : Mengukir dan menghias masjid hukumnya makruh, meskipun dengan emas atau perak, dengan syarat hartanya halal dan bukan harta waqafan. Tapi jika yang dibuat menghias masjid harta haram atau harta waqafan maka hukumnya haram.
Imam Maliki : Mengukir dan menghias masjid hukumnya makruh, meskipun menggunakan emas atau perak.
Imam Syafi'i dan imam Hambali : Mengukir dan menghias masjid dengan selain emas atau perak hukumnya makruh, dan jika menggunakan emas atau perak hukumnya haram.
Hukum meludah di dalam masjid
Imam Hanafi : Meludahi masjid (tembok, lantai, tikar dan bagian yang lain) hukumnya haram, dan wajib membersihakannya.
Imam Maliki : Meludah di masjid hukumnya makruh bila sedikit, dan haram bila banyak.
Imam Syafi'i : Meludah di masjid hukumnya haram, apabila ludahnya sampai tampak.
Imam Hambali : Meludah di masjid hukumnya haram apabila tidak dibersihkan.
Hukum minta sodakoh di dalam masjid
Imam Hanafi : Hukum meminta sodakoh di dalam masjid haram, dan makruh memberi sodakoh kepada peminta tersebut.
Imam Maliki : Hukum meminta sodakoh atau memberikan sodakoh pada pemintanya di dalam masjid haram. Namun jika melakukan sodakoh di dalam masjid tanpa adanya orang yang meminta hukumnya mubah (boleh).
Imam Syafi'i : Hukum meminta sodakoh di dalam masjid makruh, tapi jika sampai mengganggu orang lain hukumnya haram.
Imam Hambali : Hukum meminta sodakoh atau memberikan sodakoh pada pemintanya di dalam masjid makruh.
Hukum menulisi dinding masjid
Imam Hanafi : Hukum memasang tulisan Al Qur'an atau hadits di dinding masjid khilaf aula (kurang baik), karena dikhawatirkan tulisannya jatuh dan terinjak.
Imam Maliki : Hukum menulisi dinding masjid di arah kiblatnya adalah makruh, walaupun dengan ayat-ayat Al Qur'an, karena dapat mengganggu kekhusyu'an shalat, namun jika bukan di arah kiblat hukumnya mubah (boleh).
Imam Syafi'i : Hukum menulisi dinding atau atap masjid makruh.
Imam Hambali : Hukum menulisi dinding atau atap masjid dengan selain harta waqaf makruh, dan jika memakai harta waqaf hukumnya haram dan wajib menggantinya.